Skip to content

Tanpa Sadar Menyebar Virus, Ini Gejala Baru Pasien Muda Covid-19 Tak Peka dengan Bau dan Rasa

Seiring perkembangan wabahCovid 19, belakangan banyak pasien yang terinfeksivirus coronatanpa menunjukkan gejala penyakit yang khas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, gejala umum infeksi virus corona penyebab Covid 19 adalah demam, batuk kering, dan sesak napas. Selain ketiga gejala utama di atas, pasien positif Covid 19 juga mengalami kelelahan, nyeri, sakit tenggorokan, diare, mual, dan pilek.

Gejala penyakit tersebut umumnya muncul dalam rentang waktu dua sampai 14 hari sejak penderita terinfeksi virus corona jenisSARS CoV 2. Sejumlah ahli di beberapa negara kini menambahkan ciri ciri minor infeksi virus corona yang dialami sejumlah pasien tanpa gejala, yakni tak bisa merasakan bau dan lidah terasa hambar secara mendadak. Melansir Live Science (23/3/2020), indra penciuman yang tidak peka (anosmia) dan lidah jadi pahit atau hambar secara tiba tiba dilaporkan pasien Covid 19 di Inggris, AS, Iran, Prancis, Jerman, Korea Selatan, sampai Italia.

Ahli telinga, hidung, tenggorokan (THT) Inggris, Claire Hopkins, mengaku telah memeriksa pasien Covid 19 yang tiba tiba tak peka bau dan rasa. Semua pasiennya tersebut berusia di bawah 40 tahun. "Saya kira pasien pasien tanpa gejala (demam, batuk, sesak napas) seperti ini beberapa di antaranya tanpa sadar menyebarkan penyakit dengan cepat (super speader)," kata Hopkins. Dr. Hendrik Streeck dari institut virologi di Jerman juga menyampaikan, dokter di University Hospital Bonn mendapati 70 persen pasien Covid 19 tak peka bau dan rasa selama beberapa hari.

"Ada ibu yang tidak bisa mencium bau popok anaknya yang sudah penuh kotoran. Ada yang tidak bisa mencium bau sampo. Ada yang mengeluh makan terasa hambar," kata Streeck kepada Frankfurter Allgemeine . Para ahli tersebut belum dapat menyimpulkan dengan pasti kapan gejala tak peka bau dan rasa ini muncul pada penderita infeksi virus corona.

Namun, mereka menyimpulkan ciri ciri infeksi virus corona tersebut muncul pada infeksi tahap lanjut. Di masa pandemi virus corona, para ahli menyarankan agar orang yang tiba tiba tidak peka bau dan rasa bersedia melakukan karantina mandiri selama tujuh hari. Tujuannya, mengantisipasi penyebaran wabah Covid 19 dari penderita positif virus corona yang terkadang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik) atau hanya mengalami gejala ringan.

Virus Corona menyebar dengan cepat, rasakan gejala covid 19 setelah baca berita, jangan langsung panik, kemungkinan psikosomatis, ini penjelasannya. Penyebaran virus corona di seluruh dunia sangat cepat. Hal ini menimbulkan kecemasan publik terkait penyakit Covid 19 ini.

Apalagi dengan berita soal virus corona mulai dari gejala hingga penyebarannya. Banyak orang menjadi parno dan merasakan gejala yang disebarkan lewat berbagai media. Hal ini membuat pikiran makin panik karena merasa terinfeksi virus corona.

Dokter dari The International Psychology Clinic, dr. Martina Paglia mengatakan sangat mungkin banyak orang bergejala mirip virus corona hanya karena kecemasan. Lebih lanjut, pikiran ternyata tak bisa membedakan bahaya nyata dan yang dirasakan. Saat merasa terancam dan rentan, adrenalin akan mengalir ke seluruh tubuh.

Peningkatan kecemasan ini akan memicu nyeri dada, pusing, sesak napas hingga merasa demam. Dokter mengingatkan agar jangan cemas dan panik, kemungkinan besar hal ini adalah psikosomatis daripada terserang virus. Dilansir Psychology Today, penyakit psikosomatis ataupsikosomatikadalah suatu penyakit di mana pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa adanya penyakit.

Biasanya pasien sudah mendatangi petugas medis, namun tidak menemukan penjelasan medis. Sehingga mereka disarankan untuk terapi. Dikutip Patient Info , psikosomatik berarti pikiran (jiwa) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatik adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh. Dilansir Psychology Today , meskipun penyakit psikosomatik tidak menular secara fisik, penyakit ini menular secara emosional.

Bisa secara pribadi maupun kelompok melalui informasi yang dibagikan di media sosial. Wheaton dalam penelitiannya yang berjudul Psychological Predictors of Anxiety in Response to the H1N1 (Swine Flu) Pandemic , mengungkapkan hubungan antara wabah dan psikosomatik. Di antara temuannya adalah wabah yang dipublikasikan secara luas dapat menyebabkan penyakit psikogenik massal.

Artinya orang sehat bisa salah mengartikan sensasi tubuh yang tidak serius seperti merasa sesak napas atau pusing sebagai bukti bahwa mereka sedang sakit. Penelitian juga mencatat bahwa kesalahan diagnosis dapat menyebabkan kewaspadaan berlebihan, meningkatkan kecemasan, dan perilaku keselamatan ekstrem. Dampaknya negatif bagi masyarakat, seperti terlalu banyak menggunakan sumber daya medis (masker, hand sanitizer , dan lainnya), bahkan kehilangan pekerjaan.

Beberapa saran yang bisa diterapkan, seperti dilansir Psychology Today antara lain: WHO juga memberikan saran serupa, yaitu:

Sidebar